Entri Populer

Rabu, 12 Januari 2011

Memahami Fenomena Sleep Paralysis (tidur ditiban setan)

Memahami Fenomena Sleep Paralysis (tidur ditiban setan)


Kamu membuka mata. Baru saja kamu tidur selama beberapa jam. Kamu bisa merasakan pikiranmu melayang-layang antara sadar dan tidak. Sambil berusaha mengumpulkan kesadaranmu, kamu mencoba untuk bangun. Tetapi, ada sesuatu yang tidak beres. Tubuhmu tidak bisa bergerak, nafasmu sesak, seakan-akan ada makhluk tidak terlihat yang menginjak dadamu. Kamu membuka mulutmu dan hendak berteriak, tidak ada suara yang keluar. Seseorang sedang mencekik leherku, pikirmu. Ada sesuatu yang tidak beres.

Ya, kalian mengerti maksud saya. Kita semua pernah mengalaminya. Sebagian menyebut fenomena ini dengan sebutan tindih hantu atau irep-irep. Entah apa kata resmi bahasa Indonesianya. Dulu, saya sempat mengira kalau kata fenomena ini disebut Lucid Dream. Namun, ternyata saya salah. Fenomena ini sebenarnya bernama Sleep Paralysis (Lumpuh Tidur) atau The Old Hag Syndrome.

Mereka yang mengalami fenomena ini kadang merasa ketakutan karena mengira sedang diserang oleh setan. Tidak bisa disalahkan. Zaman dulu, ada kepercayaan kalau fenomena ini diakibatkan oleh "Old Hag" atau "Penyihir" yang sedang menduduki dada korban. Dari situlah ia mendapatkan nama The Old Hag Syndrome.

Ketika ilmu pengetahuan mulai berkembang, nama The Old Hag Syndrome mulai ditinggalkan. Para peneliti lebih suka menyebutnya Sleep Paralysis (SP).

Lalu, pertanyaannya adalah: Apa yang menyebabkannya?

Menurut survey Gallup tahun 1992, hampir semua orang dewasa mengalami Sleep Paralysis, paling tidak dua tahun sekali. Jadi fenomena ini bukan sesuatu yang asing bagi manusia. Usaha untuk menelitinya telah berlangsung sejak tahun 1950an, namun baru benar-benar bisa dipahami ketika para peneliti mulai mengerti hubungan antara kondisi REM (Rapid eye movement) dengan mimpi.

Ketika kita tidur, kita akan memasuki beberapa tahapan tertentu. Memang ada banyak, namun kita hanya akan melihat dua tahapan besarnya, yaitu Non REM dan REM.

Ketika kita tidur, 80 menit pertama, kita memasuki kondisi Non Rem, lalu diikuti 10 menit REM. Siklus 90 menit ini berulang sekitar 3 sampai 6 kali semalam. Selama Non REM, tubuh kita menghasilkan beberapa gerakan minor dan mata kita bergerak-gerak kecil.

Ketika kita masuk ke kondisi REM, detak jantung bertambah cepat, hembusan nafas menjadi cepat dan pendek dan mata kita bergerak dengan cepat (Rapid eye movement - REM). Dalam kondisi inilah mimpi kita tercipta dengan jelas dan kita bisa melihat objek-objek di dalam mimpi.

Dr.Max Hirshkowitz, direktur Sleep Disorders Center di Veterans Administration Medical Center di Houston mengatakan kalau Sleep Paralysis muncul ketika otak kita mengalami kondisi transisi antara tidur mimpi yang dalam (REM dreaming Sleep) dan kondisi sadar.

Selama REM dreaming sleep, otak kita mematikan fungsi gerak sebagian besar otot tubuh sehingga kita tidak bisa bergerak. Dengan kata lain, kita lumpuh sementara. Fenomena ini disebut REM Atonia.

"Kadang, otak kita tidak mengakhiri mimpi atau lumpuh kita dengan sempurna ketika terbangun. Ini bisa menjelaskan mengapa tubuh kita menjadi kaku."

Menurut hasil penelitiannya, Dr.Hirshkowitz menyimpulkan kalau efek ini hanya berlangsung selama beberapa detik hingga paling lama satu menit. Namun, bagi korban, sepertinya pengalaman ini berlangsung sangat lama.

Lalu, bagaimana dengan perasaan adanya makhluk gaib yang muncul di kamar kita?

Florence Cardinal, seorang peneliti lain mengatakan kalau halusinasi biasanya memang menyertai Sleep Paralysis. Kadang ada perasaan kalau ada orang lain di dalam ruangan atau bahkan kita bisa merasakan adanya makhluk yang sedang melayang di atas kita.

Lalu, kita bisa merasakan adanya tekanan di dada seperti sedang diinjak atau diduduki. Malah, ada beberapa korban yang melaporkan mendengar suara langkah kaki, pintu terbuka dan suara-suara aneh. Ini cukup menakutkan, tapi normal. Bahkan banyak peneliti yang percaya kalau fenomena "penculikan oleh alien" atau "diserang roh jahat" kebanyakan hanyalah halusinasi yang terkait dengan Sleep Paralysis.

Lalu, dalam kondisi apakah Sleep Paralysis biasa muncul?

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kondisi tertentu dimana kemungkinan mengalami Sleep Paralysis akan menjadi lebih tinggi bagi seseorang. Mereka yang mengalaminya, biasanya adalah ketika yang bersangkutan tidur telentang.

Lalu, fenomena ini lebih sering terjadi pada mereka yang mengalami kelelahan yang berlebihan atau mereka yang jadwal tidur normalnya terganggu.

Dan luar biasanya, mereka yang biasa minum obat penenang akan menjadi lebih sering mengalaminya (Ironis bukan?).

Bagaimana kita menghindari Sleep Paralysis?

Ini ada beberapa tips yang dihasilkan dari penelitian klinis, yaitu:

1. Tidurlah yang cukup dan teratur
2. Kurangi Stress
3. Berolahragalah secara teratur

Dengan kata lain, gaya hidup sehat!

Tapi yang terpenting dari semuanya adalah, Jika kalian terlanjur mengalami ini, tidak perlu takut, karena fenomena ini hanya berlangsung sesaat dan akan segera berlalu.

Teknologi Roket LAPAN

Teknologi Roket LAPAN


Pada tanggal 2 Juli 2009, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN sukses meluncurkan Roket RX-420. Roket RX-420 adalah Rocket eXperiment berdiameter 420 milimeter (0.42 meter) yang dibuat dan didesain oleh putra-putri terbaik bangsa di LAPAN. Proyek roket ini merupakan bagian dari proyek besar LAPAN membawa satelit ke orbit yang biasa disebut sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Rencananya LAPAN akan mengorbitkan satelit kelas Nano yakni satelit bermassa 5 kg.
Untuk digunakan sebagai peluncur satelit, LAPAN mengembangkan RPS 4 tingkat. RPS 4 tingkat ini terdiri dari dari 6 unit roket yakni 5 roket RX-420 sebagai roket pendorong dan satu roket utama RX-320. Hingga saat ini, LAPAN sudah berhasil membuat sekurang-kurangnya 16 unit roket yakni 1 unit RX-250, 3 unit RX-150, 3 unit RX-100, 3 unit RX-70, 4 unit RX-70 FFAR, 1 unit RX-320 serta terakhir adalah RX-420.
Sebelum Juli 2009, 19 Mei 2009, LAPAN telah sukses meluncurkan roket RX-320 di kawasan Pameungpeuk, Garut - Jawa Barat. Selain bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan departemen lokal seperti LIPI, PT DI, PT Pindad, Dephan-TNI dan BPPT. LAPAN juga bekerja sama Technical University of Berlin (TUBerlin). Kerjasama dengan Tuberlin telah menghasilkan satelit pengamatan bumi yang diberi nama Lapan-TUBSat. Satelit tersebut merupakan satelit jenis mikro yakni satelit dengan bobot 50 kg. Satelit mikro tersebut telah diorbitkan pada tahun 2007. Untuk kepentingan Indonesia, LAPAN akan membuat satelit ekuatorial yang akan memiliki waktu orbit di atas wilayah Indonesia lebih lama yaitu tiga jam pada siang hari dengan tiga stasiun bumi.

Spesifikasi Roket RX-420 Keterangan
Waktu pembuatan 3 bulan
Diameter 420 mm (0.42 m)
Massa luncur 1000 kg (1 ton)
Panjang 6.2 meter
Kecepatan maksimum 4.5 mach (kec. suara)
Jarak jangkau 200 km
Ketinggian jangkau 53 km
Jenis bahan Propelan Solid-komposit
Bahan bakar *) Ammonium Perchlorate (AP) dan HTPB (Hydroxy Terminated Poly Butadiene)
Waktu bahan bakar 13 detik
Lama terbang 205 detik
Muatan yang dibawa Diagnostik,GPS, altitudemeter, gyro, 3-axis accelerometer, processor dan baterai.

*) Bahan bakar roket berupa oksidator dan “fuel” kimia merupakan teknologi rahasia yang diproteksi (blokade) oleh negara-negara maju. Dan LAPAN sudah menguasai teknologi pembuatan bahan bakar roket ini. Dan bahkan kualitas bahan bakar roket dari LAPAN memiliki perfoma yang lebih baik daripada bahan bakar yang diimpor.


1. Teknologi Roket LAPAN

Ada banyak aplikasi dari teknologi roket baik dibidang ilmu pengetahuan, kemanusiaan maupun militer. Dengan menguasai teknologi roket, maka butuh satu langkah lagi menuju teknologi orbit satelit, ulang-alik luar angkasa, dan misil atau peluru kendali (rudal) atau yang paling “sederhana” adalah roket untuk membuat hujan buatan. Untuk teknologi rudal misalnya, perlu mengembangkan bahan peledak, sensor tracking, satelite controlling, yang dipasang pada Roket dengan ukuran yang lebih besar dengan jangkauan 200 hingga 500 km, maka kita sudah mampu memproduksi misil sekaliper Harpoon atau Exocet MM bahkan dapat dikonversi menjadi ASM missile yang dipasang pada pesawat tempur buatan PT DI. Dengan jangkauan 200 hingga 500 km, maka peluncuran roket dari Pontianak (Pulau Kalimantan) atau Pekanbaru (Pulau Sumatera) sudah dapat menjangkaui wilayah Malaysia atau Singapura.

Roadmap Roket Pengorbit Satelit LAPAN

2009 : Roket Tunggal RX-320 dan Rx-420
2010 : Roket Gabungan RX-420-420
2011 : Roket Gabungan RX 420-420-320 dan SOB 420
2012-2013 : Roket 4 Tingkat
2014 : Roket RPS siap meluncurkan “ Nano Satelit “ pada ketinggian 300 km dengan kecepatan orbit 7.8 km/s.

“Daya jangkau roket ini bisa kita ibaratkan bila diluncurkan dari Jakarta bisa menembus Bandar Lampung,”. Rencananya, uji coba akan dilanjutkan pada 2010 dengan roket yang diluncurkan merupakan gabungan dari RX 420-420 dan 2011 giliran gabungan 420-420 – 320 dan SOB 420.
Pada 2014 seluruh uji coba peluncuran roket selesai dan roket siap mengantarkan satelit dengan nama Nano Satelit dengan ketinggian 300 kilometer dan kecepatan 7,8 kilometer perdetik. “Uji coba akan terus dilanjutkan hingga 2014 dan seluruh roket siap mengantarkan Nano satelit,” .
Namun, bila dikembangkan untuk pengetahuan kemanusiaan seperti untuk satelit, maka hanya diperlukan teknologi pembuatan satelit itu sendiri. Dalam hal ini, LAPAN yang bekerja sama dengan beberapa lembaga lokal dan luar negeri telah mampu membuat satelit. Dengan pengembangan lebih lanjut dalam teknologi roket, maka sangatlah mungkin Indonesia mampu menguasai teknologi pengorbitan satelit (roket+satelit). Dan LAPAN menargetkan pada tahun 2014, LAPAN sudah mengirimkan satu satelit dari Indonesia ke luar angkasa. Secara keseluruhan, bila kita sudah mampu menguasai teknologi roket untuk satelit, maka akan jauh lebih mudah untuk kemudian masuk ke teknologi rudal, terutama dari segi bahan roket. Untuk roket satelit, dibutuhkan bahan yang tahan dengan perubahan temperatur yang tinggi, karena dari lapisan atmosfer hingga eksosper, roket harus melewati lapisan dengan suhu yang berbeda-beda di atmosfer bumi. Belum lagi energi panas yang dihasilkan dari friksi atmosfer terhadap kecepatan roket.
Sedangkan teknologi paling akhir adalah teknologi ulang alik luar angkasa yang membutuhkan pesawat luar angkasa. Jika kita konsisten mengembangkan ini, maka saya pikir Indonesia membutuh waktu 2 dekade untuk mencapai hal tersebut. Teknologi ulang alik luar angkasa sangatlah mahal, dapat menelan belasan triliunan rupiah dari riset hingga eksekusi. Dari segi dana, tentu belum saatnya kita mengembangkan hal ini. Sehingga hal yang realistis dapat kita kembangkan adalah teknologi satelit. Untuk membuat satelit secara lokal, dibutuhkan biaya 25 miliar rupiah. Dan untuk meluncurkan satelit, diprediksikan angka yang dibutuhkan tidak jauh dari biaya pembuatan satelit. Bila sudah mampu menguasai teknologi orbit satelit, maka sangat mudah untuk melanjutkan teknologi rudal. Namun, bukanlah hal mudah untuk mendapat “izin” mengembangkan teknologi ini.
Dengan kondisi saat ini, sudah saatnya Indonesia harus berani dan siap mengembangkan teknologi militer secara mandiri. Kita harapkan agar uji coba uji coba peluncuran roket dua tingkat RX-150/120 dari Panser (wahana gerak) dengan daya jangkau 24 kilometer yang bekerjasama dengan Lapan, TNI-AD dan PT Pindad dapat ditingkatkan. Sehingga baik panser buatan Pindad maupun pesawat yang dibuat oleh PT DI nantinya dapat dipasang dengan senjata berteknologi roket (yakni rudal).
Pengembangan riset dan teknologi ini saya pikir sangat diperlukan, sekaligus memberi kesempatan bagi para alumni lulusan perguruan tinggi lokal dan juga para dosen/peneliti untuk ikut memberi sumbangsih bagi perkembangan teknologi Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan biaya yang besar, namun nilai ini akan sebanding dengan martabat bangsa. Bila perguruan tinggi Indonesia, lembaga penelitian, BUMN, para generasi muda bangsa mampu menguasai teknologi mutakhir, maka setidaknya “tetangga” kita tidak lagi memandang sebelah mata kepada Indonesia. Namun perlu diingat, teknologi ini semestinya adalah teknologi yang rahasia bagi negara, sehingga perusahaan yang terkait tidak boleh diinflitrasi oleh asing (dengan tidak boleh diprivatisasi). Sebagai informasinya saja, pada tahun 2009 pemerintah akan memprivatisasi 30 BUMN kepada swasta dan asing, salah satunya adalah PT Krakatau Steel yang menjadi rekanan PT DI, PT Pindad dan PT PAL.


2. Keuntungan Teknologi Roket LAPAN

1. Dari sisi teknik keruangangkasaan kemampuan ini membuat Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang menguasai teknologi wahana antariksa. Dengan demikian Indonesia mempunyai kesempatan dan peluang untuk mengeksplorasi ruang angkasa demi kepentingan nasional Indonesia.
2. Dari sisi ekonomis penguasaan teknologi peluncuran satelit memungkinkan Indonesia untuk memasarkan jasa peluncuran satelit secara komersial.
3. Dari sisi pertahanan negara kemampuan meluncurkan satelit secara mandiri sekaligus menunjukkan kemampuan negara tersebut untuk meluncurkan rudal . Kemampuan meluncurkan rudal akan meningkatkan daya gentar negara kita terhadap pihak asing yang berani mengganggu Indonesia.
4. Roket ini menghasilkan daya jelajah 100 km dengan kecepatan 4,5 kali kecepatan suara atau 4,5 Mach setara dengan 4.500 km per jam.
5. Roket ini berbahan bakar padat jenis propeland solid komposit yang mampu menghasilkan daya dorong yang cukup besar hingga melesat 4,5 kali kecepatan suara, dengan waktu terbang 205 detik, hingga mencapai ketinggian maksimum 53 km dari permukaan bumi dan bahan bakarnya sepenuhnya buatan dalam negeri.


3. Dampak Teknologi Roket LAPAN

1. Roket yang menembus langit dapat merusak lapisan atmosfer.
2. Dapat terjadi perubahan iklim di daerah sekitar tempat peluncuran roket.
3. Kerugian bagi penerbangan sipil Indonesia dari sisi pengelolaan ruang udara.





Sumber : http://sains.kompas.com/read/2010/06/27/21491083/Tahun.Ini..Roket.LAPAN.Luncurkan.Satelit-4

Sumber : http://hankam.kompasiana.com/2010/07/16/selamat-datang-roket-peluncur-satelit-buatan-indonesia/

Sumber : http://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/20/teknologi-roket-lapan-indonesia-siap-ke-luar-angkasa/

Sumber : http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=2717

Sumber : http://ristek.bppt.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=117%3Arekomendasi-bppt-untuk-teknologi-2010&catid=5%3Aberita-singkat&Itemid=26